Matahari mulai
sepenggal naik. Perahu kecil tidak bermesin atau lazim disebut
Jukung milik penduduk Pekon (kampung) Pasar mulai berdatangan satu
persatu. Menepi menuju pelabuhan tidak berbeton. Pelabuhan tidak bernama namun
begitu berarti
bagi sekitar lima ratus masyarakat Pekon Pasar Pulau Pisang Kabupaten Pesisit Barat dalam menggantungkan hidupnya.
Dari kejauhan perahu biru milik seorang nelayan berbadan gemuk mulai menepi. Susah payah lelaki tengah baya dengan topi usang berwarna putih itu mengayuh dayung. Melawan besarnya deburan ombak selat Pulau Pisang setinggi tiga meter. Dari seberang pelabuhan Pekon Pasar, empat orang nelayan lain yang menunggu di pelabuhan mulai mendekat kebibir pantai. Menanti kedatangan jukung lelaki itu. Setelah hampir menepi, nelayan tersebut membantu menepikan jukung dengan mengangkatnya ke pinggiran pantai.
Pagi itu, nasib tidak berpihak pada Suharen (50). Setelah hampir 10 jam di tengah Samudera Hindia, mengail senar, mengulurkan mata pancing di kedalaman Samudera ikan besar tidak juga menyambar umpan ikan kecil yang dipasangnya. Ikan Marlin atau sering disebut masyarakat ini sebagai Iwa Tukhu memang menjadi incaran besar para nelayan. Mata kail Suharen hanya disambar ikan tenggiri kecil berukuran tigapuluh sentimeter, jumlahnya tak lebih dari sepuluh ekor.
Suharen begitu kecewa, begitu pula nelayan yang membantu menarik Jukung Suharen. Mereka berharap mendapat bagian seekor ikan hasil pancingan Lukman pagi itu. Tradisi nelayan masyarakat Pulau Pisang memang selalu membagi ikan kepada nelayan lain yang membantu menarik jukung. Namun, karena Lukman tidak mendapat hasil nelayan yang banyak maka dengan berbesar hati mereka menerima.
“Mak dapok ngebagi yu, mansa ne cutik (tidak bisa membagi ya, dapatnya sedikit),” ujar Lukman dengan Bahasa Lampung Pesisir yang memang menjadi bahasa sehari-hari masyarakat di Pulau ini.
Hasil tangkapan Lukman dua ekor dibawa pulang, sisa hasil nelayannya ditimbang kepada penampung. Beratnya tak lebih dari lima kilogram. Hasil nelayannya hanya dibayar limabelas ribu perkilogram. Uang hasil menjual ikan tangkapannya itulah dibawa pulang untuk menghidupi anak dan istrinya.
Berbeda dengan Lukman, Keberuntungan sedang berpihak pada nelayan lain bernama Suntori (40). Suntori berhasil memancing Iwa Tukhu berukuran besar. Beratnya mencapai 45 kilogram. Suntori membawa ikan besar bersayap ungu itu kepenampung. Menjual satu-satu nya ikan yang didapatnya dari tengah Samudera Hindia seharga duapuluh tiga ribu rupiah perkilogram.